Teruntuk kamu pemilik sepasang kaki yang selalu menemani dalam setiap langkahku, teruntuk kamu pemilik sebuah senyum yang tak henti-hentinya membuat jantungku berdegup kencang, teruntuk kamu sesosok raga yang tak pernah berhenti membuatku jatuh cinta.
Masih ingat waktu pertama kali kita dipertemukan? dipertemukan oleh ketidaksengajaan yang biasa disebut dengan takdir. Waktu itu tak terlintas sedikitpun dalam benakku untuk menjadikanmu sesosok yang berharga untukku. Tapi, kemudian takdir berkata lain, waktupun seakan-akan mengatur setiap pertemuan kita, pertemuan demi pertemuan. Pertemuan yang awalnya aku fikir hanya sebuah rutinitas biasa yang selalu dirasakan setiap orang yang tergabung dalam satu organisasi, tapi kemudian aku sadar pertemuanku dengamu bukan sekedar itu, ada guncangan dalam jiwaku yang mendorongku untuk mengenalmu lebih jauh , lebih jauh dari sekedar hubungan senior dan junior.
Aku memperhatikan setiap gerakmu, senyummu, ucapanmu, bahkan kesalmu. Aku memperhatikanmu dari jauh dimana tak ada seorangpun yang tau kebenaran maksudku, tak terkecuali kamu. Hingga suatu malam aku menceritakan kepadamu tentang seseorang yang membuatku jatuh hati, betapa terkejutnya aku malam itu ketika kamu tau maksudku dan betapa terkejutnya lagi kamu mengatakan hal-hal yang seketika membuat tubuhku kaku dan keringat dingin membasahi tubuhku. Aku tak menyadari bahwa kamu juga memiliki perasaan itu untukku, perasaan yang menyulitkan saat dipendam dan menakutkan saat diungkapkan. Teringat jelas olehku kejadian malam itu, kita mengukir sebuah janji yang harus kita jaga dan tepati, janji untuk tidak berpaling kepada hati yang lain apapun alasannya. Sejak saat itu, aku memutuskan untuk selalu melabuhkan cinta dan kasihku kepada sesosok pria yang bernama 'Kamu', sesosok pria yang satu tahun satu bulan lebih muda dariku. Kamu.
Setiap waktu yang kujalani terasa begitu berharga karena kehadiranmu, hari-hariku terasa begitu sangat menyenangkan karena kulewati bersamamu, bahkan rintangan dan kesedihanpun terasa lebih mudah untuk kuselesaikan karena kamu berada disisiku. 'Kamu' makhluk yang dikirim Tuhan untuk melengkapi kekosongan dan kekurangan akan diriku, 'Kamu' nikmat yang patut aku syukuri dalam setiap sujudku, 'Kamu' sebuah nama yang kuucap dalam setiap doaku setelah kedua orangtuaku dan saudara-saudaraku, 'Kamu' catatan yang kuisi dengan harapan-harapan tentang masa depan.
Rasa sayang ini tak terasa semakin tumbuh dan berkembang, perlahan rasa ini mulai menguasai diriku, membuatku semakin ingin memilikimu lebih dan lebih lagi. Membuatku ingin jatuh cinta kepadamu lagi dan lagi, bahkan rasa ini membuatku lebih mencintaimu daripada mencintai diriku sendiri. Rasa yang membuat diriku tak ragu untuk mengukir mimpi tentang kita di masa depan. Tentang aku, tentang kamu, tentang keluarga kecil kita, tentang kedua malaikatmu dan kedua malaikatku serta tentang bagaimana kita dapat disatukan kembali di surga-Nya kelak. Tanpa sadar rasa ini menjadikanku wanita yang egois, wanita yng selalu ingin menjadi bagian dari hidupmu hari ini, esok, dan selamanya.
Semuanya terasa baik-baik saja sebelum kamu bercerita tentang sebuah mimpi dan harapanmu tentang masa depan, mimpi yang menurutmu harus kamu wujudkan, mimpi yang harus kamu perjuangkan hingga kamu mampu menakhlukkannya, mimpi yang membuatmu dan kedua orangtuamu bahkan orang-orang yang menyayangimu bahagia, tak terkecuali aku. Bukankah harusnya aku mersa bahagia dengan keputusan itu? tapi kenapa seketika jiwa ini terguncang? sedih, kecewa, bahkan perasaan tidak terima menguasai diriku saat itu. Seketika aku bingung harus berbuat apa.
Betapa sadarnya aku bahwa mimpi itu memang memerlukan banyak perjuangan, mimpi yang akan banyak menyita waktumu, mimpi yang membuat kita sulit untuk berbagi cerita dan kasih, serta mimpi yang mengharuskan kamu untuk melepaskan aku dari bagian hidupmu. Bukankah harusnya aku bisa menerima itu jika itu demi kamu dan demi kita dimasa depan? tapi perasaan yang teramat dalam ini menjadikanku wanita yang semakn egois, menjadikan aku wanita yang tak ingin merasakan sakit karena dilepas dan berada jauh dari seseorang yang teramat dicintainya.
Aku masih kokoh dengan pendirianku sebagai wanita yang egois sebelum hari itu kamu menemuiku dan bercerita tentang betapa seriusnya kamu ingin mewujudkan impian itu bahkan hari itu untuk pertama kalinya aku melihatmu menagis. Seketika hatiku tercabik, menyadari betapa kejamnya diriku ini yang tak membiarkanmu melepaskan aku. Berualang kali ku pikirkan, kupertimbangkan, dan akhirnya aku memutuskan dan mengikhlaskan kamu untuk melepasku. Perlahan aku sadar bahwa kamu memang harus membahagiakan kedua orang tuamu dulu sebelum membahagianku, dan dengan mewujudkan mimpi itu tentuanya kedua orang tuamu bahagia dan bangga memiliki anak seperti dirimu.
Aku yakin ini keputusan yang tepat. Bagaimana menurutmu? yang aku lakukan sudah benarkan? Bukankah merelakan sesuatu demi sesuatu yang lebih baik akan berakhir bahagia? kamu percayakan?
Setelah nanti kamu melepasku, aku tak akan meminta Tuhan untuk menggantikan kamu dengan sesuatu yang lebih baik tetapi aku memohon pada Tuhan agar Dia mau menyatukan aku dan kamu dalam ikatan pernikahan yang Dia Ridhoi suatu hari nanti. Selagi kamu berusaha keras untuk mewujudkanmimpimu aku juga akan berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi wanita yang lebih baik lagi dan pantas menjadi pendamping hidupmu didunia ataupun diakhirat kelak. Yang harus aku lakukan hanyalah lebih bersabar lagi dan bersabar lagi. Dan aku tau bahwa Allah akan selalu bersamaku.
Melangkahlah! tetapi izinkanlah aku untuk tetap menjaga perasaan ini untukmu dan menunggumu hingga nanti kamu akan datang lagi, memulai lagi dan mengganti waktu-waktu yang kulalui tanpa dirimu dengan sesuatu yang bisa membuat kita bahagia sepanjang usia kita.
-Rts22-
Masih ingat waktu pertama kali kita dipertemukan? dipertemukan oleh ketidaksengajaan yang biasa disebut dengan takdir. Waktu itu tak terlintas sedikitpun dalam benakku untuk menjadikanmu sesosok yang berharga untukku. Tapi, kemudian takdir berkata lain, waktupun seakan-akan mengatur setiap pertemuan kita, pertemuan demi pertemuan. Pertemuan yang awalnya aku fikir hanya sebuah rutinitas biasa yang selalu dirasakan setiap orang yang tergabung dalam satu organisasi, tapi kemudian aku sadar pertemuanku dengamu bukan sekedar itu, ada guncangan dalam jiwaku yang mendorongku untuk mengenalmu lebih jauh , lebih jauh dari sekedar hubungan senior dan junior.
Aku memperhatikan setiap gerakmu, senyummu, ucapanmu, bahkan kesalmu. Aku memperhatikanmu dari jauh dimana tak ada seorangpun yang tau kebenaran maksudku, tak terkecuali kamu. Hingga suatu malam aku menceritakan kepadamu tentang seseorang yang membuatku jatuh hati, betapa terkejutnya aku malam itu ketika kamu tau maksudku dan betapa terkejutnya lagi kamu mengatakan hal-hal yang seketika membuat tubuhku kaku dan keringat dingin membasahi tubuhku. Aku tak menyadari bahwa kamu juga memiliki perasaan itu untukku, perasaan yang menyulitkan saat dipendam dan menakutkan saat diungkapkan. Teringat jelas olehku kejadian malam itu, kita mengukir sebuah janji yang harus kita jaga dan tepati, janji untuk tidak berpaling kepada hati yang lain apapun alasannya. Sejak saat itu, aku memutuskan untuk selalu melabuhkan cinta dan kasihku kepada sesosok pria yang bernama 'Kamu', sesosok pria yang satu tahun satu bulan lebih muda dariku. Kamu.
Setiap waktu yang kujalani terasa begitu berharga karena kehadiranmu, hari-hariku terasa begitu sangat menyenangkan karena kulewati bersamamu, bahkan rintangan dan kesedihanpun terasa lebih mudah untuk kuselesaikan karena kamu berada disisiku. 'Kamu' makhluk yang dikirim Tuhan untuk melengkapi kekosongan dan kekurangan akan diriku, 'Kamu' nikmat yang patut aku syukuri dalam setiap sujudku, 'Kamu' sebuah nama yang kuucap dalam setiap doaku setelah kedua orangtuaku dan saudara-saudaraku, 'Kamu' catatan yang kuisi dengan harapan-harapan tentang masa depan.
Rasa sayang ini tak terasa semakin tumbuh dan berkembang, perlahan rasa ini mulai menguasai diriku, membuatku semakin ingin memilikimu lebih dan lebih lagi. Membuatku ingin jatuh cinta kepadamu lagi dan lagi, bahkan rasa ini membuatku lebih mencintaimu daripada mencintai diriku sendiri. Rasa yang membuat diriku tak ragu untuk mengukir mimpi tentang kita di masa depan. Tentang aku, tentang kamu, tentang keluarga kecil kita, tentang kedua malaikatmu dan kedua malaikatku serta tentang bagaimana kita dapat disatukan kembali di surga-Nya kelak. Tanpa sadar rasa ini menjadikanku wanita yang egois, wanita yng selalu ingin menjadi bagian dari hidupmu hari ini, esok, dan selamanya.
Semuanya terasa baik-baik saja sebelum kamu bercerita tentang sebuah mimpi dan harapanmu tentang masa depan, mimpi yang menurutmu harus kamu wujudkan, mimpi yang harus kamu perjuangkan hingga kamu mampu menakhlukkannya, mimpi yang membuatmu dan kedua orangtuamu bahkan orang-orang yang menyayangimu bahagia, tak terkecuali aku. Bukankah harusnya aku mersa bahagia dengan keputusan itu? tapi kenapa seketika jiwa ini terguncang? sedih, kecewa, bahkan perasaan tidak terima menguasai diriku saat itu. Seketika aku bingung harus berbuat apa.
Betapa sadarnya aku bahwa mimpi itu memang memerlukan banyak perjuangan, mimpi yang akan banyak menyita waktumu, mimpi yang membuat kita sulit untuk berbagi cerita dan kasih, serta mimpi yang mengharuskan kamu untuk melepaskan aku dari bagian hidupmu. Bukankah harusnya aku bisa menerima itu jika itu demi kamu dan demi kita dimasa depan? tapi perasaan yang teramat dalam ini menjadikanku wanita yang semakn egois, menjadikan aku wanita yang tak ingin merasakan sakit karena dilepas dan berada jauh dari seseorang yang teramat dicintainya.
Aku masih kokoh dengan pendirianku sebagai wanita yang egois sebelum hari itu kamu menemuiku dan bercerita tentang betapa seriusnya kamu ingin mewujudkan impian itu bahkan hari itu untuk pertama kalinya aku melihatmu menagis. Seketika hatiku tercabik, menyadari betapa kejamnya diriku ini yang tak membiarkanmu melepaskan aku. Berualang kali ku pikirkan, kupertimbangkan, dan akhirnya aku memutuskan dan mengikhlaskan kamu untuk melepasku. Perlahan aku sadar bahwa kamu memang harus membahagiakan kedua orang tuamu dulu sebelum membahagianku, dan dengan mewujudkan mimpi itu tentuanya kedua orang tuamu bahagia dan bangga memiliki anak seperti dirimu.
Aku yakin ini keputusan yang tepat. Bagaimana menurutmu? yang aku lakukan sudah benarkan? Bukankah merelakan sesuatu demi sesuatu yang lebih baik akan berakhir bahagia? kamu percayakan?
Setelah nanti kamu melepasku, aku tak akan meminta Tuhan untuk menggantikan kamu dengan sesuatu yang lebih baik tetapi aku memohon pada Tuhan agar Dia mau menyatukan aku dan kamu dalam ikatan pernikahan yang Dia Ridhoi suatu hari nanti. Selagi kamu berusaha keras untuk mewujudkanmimpimu aku juga akan berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi wanita yang lebih baik lagi dan pantas menjadi pendamping hidupmu didunia ataupun diakhirat kelak. Yang harus aku lakukan hanyalah lebih bersabar lagi dan bersabar lagi. Dan aku tau bahwa Allah akan selalu bersamaku.
Melangkahlah! tetapi izinkanlah aku untuk tetap menjaga perasaan ini untukmu dan menunggumu hingga nanti kamu akan datang lagi, memulai lagi dan mengganti waktu-waktu yang kulalui tanpa dirimu dengan sesuatu yang bisa membuat kita bahagia sepanjang usia kita.
-Rts22-
Komentar
Posting Komentar